Chapter 72

Bab 72: Pengakuan dengan Niat Jahat (1)

Penerjemah: novelindoEditor: novelindo

“Jangan khawatir ibu. Saya akan belajar keras dan masuk ke universitas yang bagus. Saya akan memastikan bahwa Anda akan menjalani kehidupan yang baik di masa depan. Percayalah kepadaku. Setelah saya masuk universitas, Anda tidak perlu bekerja terlalu keras lagi.”

Mo Shiyun terus menghibur ibunya.

Setelah beberapa saat, emosi Bibi Mo akhirnya mereda.

Setelah itu, Bibi Mo bertanya kepada Mo Shiyun, “Oh, omong-omong, apakah kamu melihat Nona Yiling di sekolah baru-baru ini?”

Saat Jian Yiling pergi ke Kediaman Jian Tua, Bibi Mo kehilangan kesempatan untuk berhubungan dengannya.

“Ibu, saya di tahun terakhir SMA saya sementara dia di tahun pertama SMA. Kami berada di blok pengajaran yang berbeda. Jika tidak ada keadaan khusus, tidak mungkin bagiku untuk melihatnya.”

“Ahh …” jawab Bibi Mo. Ada kilatan kekecewaan yang melintas di mata ibunya.

“Ibu, mengapa kamu menanyakan ini? Apakah ada yang salah?” Mo Shiyun bertanya.

“Tidak, tidak, tidak ada sama sekali. Lagi pula, Nona Yiling tidak ada di rumah. Saya hanya cukup khawatir tentang dia, ”Bibi Mo dengan cepat menjelaskan.

Kesepakatan yang dia miliki dengan He Yan akan disimpan di antara mereka berdua. Dia tidak akan pernah melibatkan putrinya. Jika seseorang harus pergi ke neraka, dia akan pergi sendiri.

###

Hari berikutnya adalah hari Selasa. Itu juga merupakan tanggal ujian bulanan kedua siswa SMA tahun pertama.

Di tahun pertama SMA, para siswa tidak dipisah sesuai dengan unit/mata pelajaran yang mereka pilih. Akibatnya, mereka harus menjalani ujian untuk sembilan mata pelajaran. Ini termasuk Bahasa, Matematika, Bahasa Inggris, Fisika, Biologi, Kimia, Politik, Sejarah, dan Geografi.

Selanjutnya, ujian harus diselesaikan dalam rentang dua hari. Akibatnya, para siswa hampir tidak punya waktu untuk bernapas.

Namun, di sela-sela kesibukan tersebut, ada juga ‘berita besar’ yang menarik perhatian sebagian besar siswa.

Ada pengakuan di forum kampus SMA Shenghua.

Judul postingannya adalah: [Datang dan tonton! Seseorang mengaku di gerbang! Orang yang mengaku adalah Jian Yiling!]

Setelah Anda mengklik posting, ada banyak foto yang menunjukkan situasinya.

Seseorang telah meletakkan bunga, balon, dan spanduk di gerbang sekolah.

Isi spanduk itu cukup lugas dan jujur. Jian Yiling, aku menyukaimu. Kamu adalah bintangku dan kamu adalah bulanku. Anda satu-satunya keselamatan saya.

Dan akhirnya, ada foto seorang anak laki-laki yang sedang memegang sebuah karangan bunga.

Anak laki-laki itu agak kurus. Rambutnya tampak dicat dan gaya rambutnya dibubuhi gel rambut.

Dengan banyak tindikan dan celana jeans robek, ia memberikan kesan anak nakal.

Segera, seseorang mengikuti posting itu.

[Wow, situasi apa ini? Apakah Jian Yiling berkencan?]

[Sepertinya dia tidak berkencan. Sepertinya seseorang mengejarnya.]

𝕖numa.my．𝖎d ↩

[Siapa orang ini? Dia pasti bukan dari sekolah kita! Gaya rambutnya tidak menyenangkan. Siapa yang mewarnai dan membuat gel rambut mereka seperti itu?]

[Ya Dewa. Apa selera pria yang dimiliki Jian Yiling? Mengapa dia menyukai tipe kenakalan remaja? {Muntah}]

[Aku ingin bersumpah pada seseorang. Kenapa orang jahat ini ada di depan gerbang sekolah kita? Lelucon macam apa ini? Dengan siapa Jian Yiling bergaul setiap hari? Mengapa orang seperti ini mengaku padanya?]

[Jangan bicara tentang dia seperti itu. Itu adalah seseorang yang mengaku padanya dan bukan sebaliknya!]

[Saya tidak setuju dengan Anda. Saya tidak melihat orang lain mengaku kepada orang lain di sekolah kami. Jika dia tidak melakukan apa pun dengannya, mengapa dia mengaku padanya? Tidak ada yang akan mengaku hanya karena dia melihatnya sekali! Bahkan lalat tidak akan menggigit telur tanpa celah.]

[Tuhan tahu apa yang dia lakukan setiap hari. Kami pergi ke sekolah setiap hari dan pada dasarnya tidak punya waktu untuk bertemu orang lain. Namun, dia akan punya waktu.]

[Ya Dewa, mataku … berandalan ini jelas bukan orang yang baik. Agar Jian Yiling berkumpul dengan orang seperti ini…. Errr… sejujurnya aku tidak tahu harus berkata apa.]